makalah mspm
PERKEMBANGAN SISTEM PENYELENGGARAAN MAKANAN INSTITUSI
DI EROPA
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Akhir-akhir
ini pelayanan jasa kesehatan mengalami peningkatan dan kemajuan pesat sesuai
perkembangan zaman dan tuntutan masyarakat. Salah satu jasa pelayanan yang
cukup menonjol adalah jasa penyediaan makanan bagi masyarakat. Kegiatan jasa
pelayanan ini sudah berkembang sejak abad ke 19, tetapi jangkauan dan
lingkupnya mulai berkembang pesat seiring dengan kemajuan di berbagai bidang
seperti iptek, pertanian, ekonomi, kesehatan dan sebagainya. Kondisi ini,
ditunjang pula dengan pergeseran pola pangan masyarakat sebagai akibat
perubahan gaya hidup mereka khususnya di negara-negara berkembang. Dewasa ini
sebagian kelompok masyarakat memenuhi kebutuhan makanannya di luar rumah,
sehingga pelayanan makanan massal merupakan tumpuan untuk memenuhi kebutuhan makanan
mereka dan harus tersedia segera (Anonim, 2011).
Manajemen
adalah Suatu kegiatan pengelolaan yang diawali dengan proses perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan, yang mana keempat proses tersebut
saling mempunyai fungsi masing-masing untuk mencapai suatu tujuan organisasi.
Pangan
adalah kebutuhan kebutuhan pokok manusia yang dibutuhkan setiap saat dan
memerlukan pengelolaan yang baik dan benar agar bermanfaat bagi tubuh. Menurut
WHO, yang dimaksud makanan adalah : “Food include all substances, whether in a
natural state or in a manufactured or prepared form, which are part of human
diet.” Batasan makanan tersebut tidak termasuk air, obat-obatan dan
substansi-substansi yang diperlukan untuk tujuan pengobatan. Penyelenggaraan makanan
institusi adalah suatu rangkaian kegiatan mulai dari perencanaan menu sampai
dengan pendistribusian makanan kepada konsumen. Dalam hal ini termasuk
pencatatan, pelaporan, dan evaluasi dalam rangka pencapaian status kesehatan
yang optimal melalui pemberian diit yang tepat.
Penyelenggaraan
makanan institusi merupakan suatu rangkaian kerja yang melibatkan tenaga
manusia, peralatan material, dan serta berbagai masukan lainnya. Selain itu di
pengaruhi oleh aspek-aspek tradisi sosial budaya masyarakat, kemajuan
teknologi, dan pemenuhan nilai biologis segolongan orang. Makanan merupakan
salah satu kebutuhan utama manusia, baik dilingkungan keluarga, maupun diluar
lingkungan keluarga, salah satunya adalah penyelenggaraan makanan di institusi (Mukrie, 1983 dalam Utari,
2009).
Tata
laksana makanan adalah cara menata atau mengatur melaksanakan pembuatan makanan
sedemikian rupa, sehingga makanan menjadi kebutuhan yang sangat berarti untuk
tubuh manusia. Menu disusun, bahan makanan dipilih kemudian diolah dan
disajikan. Itulah antara lain kegiatan-kegiatan yang terdapat dalam tata
laksana makanan (Maryati, 2000).
Di
zaman dahulu tata laksana makanan tidak dikenal,manusia pada zaman itu memerlukan
makanan hanya untuk menghilangkan rasa lapar dan mempertahankan hidup. Karena
itu pengolahan dan penyajian makanan seperti sekarang tidak ada. Bahan makanan
dimakan tanpa diolah, kecuali bila perlu. Misalnya bahan makanan yang berasal
dari hewani, dimakan setelah dipanggang di atas bara (Maryati, 2000). Sesuai dengan kemajuan
peradaban dan ilmu pengetahuan, makanan kemudian dikenal sebagai kebutuhan
mutlak, bukan saja untuk menghilangkan rasa lapar dan kelangsungan hidup,
tetapi juga untuk menjaga kesehatan dan pertumbuhan badan yang pesat, baik
jasmani maupun rohani. Karena
itu bahan makanan dibuat dan diatur sedemikian rupa, sehingga tidak saja dapat
dicerna tetapi juga dapat menimbulkan nafsu makan (Maryati, 2000).
Untuk maksud tersebut, kemudian mulai dilakukan penyusunan menu yang cocok
untuk berbagai keperluan, pemilihan bahan makanan yang tepat dan baik, cara
pengolahan dengan berbagai bumbu, kemudian cara penyajian hidangan yang
menarik. Makin tinggi pengetahuan manusia, makin banyak usaha yang dilakukan
dalam tata laksana makanan agar makanan menjadi lebih berguna untuk kepentingan
tubuh (Maryati, 2000).
Keamanan
pangan, masalah dan dampak penyimpangan mutu, serta kekuatan, kelemahan,
peluang dan ancaman dalam pengembangan sistem mutu industri pangan merupakan
tanggung jawab bersama antara pemerintah, industri dan konsumen, yang saat ini
sudah harus memulai mengantisipasinya dengan implementasi sistem mutu pangan.
Karena di era pasar bebas ini industri pangan Indonesia mau tidak mau sudah
harus mampu bersaing dengan derasnya arus masuk produk industri pangan negara
lain yang telah mapan dalam sistem mutunya. Salah satu sasaran pengembangan di
bidang pangan adalah terjaminnya pangan yang dicirikan oleh terbebasnya
masyarakat dari jenis pangan yang berbahaya.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
MSPMI
Penyelenggaraan berasal dari kata
dasar “selengara” yang artinya “ menyelenggarakan, mengurus, dan mengusahakan
sesuatu, seperti: memelihara, merawat ”. (Ali, 1990:403). Jika dikaitkan dengan
makanan, maka penyelenggaraan makanan pada hakikatnya merupakan kegiatan mengurus
dan mengusahakan masalah makanan, atau proses pengolahan makanan pada satu
jenis kegiatan tertentu.
Menurut Moehyi (1992),
penyelenggaraan makanan adalah suatu proses menyediakan makanan dalam jumlah
besar dengan alas an tertentu. Sedangkan Depkes (2003) menjelaskan bahwa
penyelenggaraan makanan adalah rangkaian kegiatan mulai dari perencanaan menu
sampai dengan pendistribusian makanan kepada konsumen dalam rangka pencapaiana
status yang optimal melalui pemberian makanan yang tepat dan termasuk kegiatan
pencatatan, pelaporan, dan evaluasi bertujuan untuk mencapai status kesehatan
yang optimal melalui pemberian makan yang tepat (Rahmawati, 2011).
B.
Sejarah Dan Perkembangan Makanan
Institusi
Penyelenggaraan makanan kelompok
sudah dikenal sejak zaman dahulu kala. Dalam pembuatan bangunan seperti kuil,
candi, piramid atau benteng untuk melindungi negara dari serangan musuh,
sebagaimana halnya dengan Tembok Besar di Cina yang mempekerjakan puluhan,
ratusan bahkan mungkin ribuan orang, penyelenggaraan makanan bagi kelompok
pekerja bangunan ini sudah dilakukan di zaman itu. Demikian halnya pada waktu
penyelenggaraan berbagai upacara agama dan upacara adat, kegiatan
penyelenggaraan makanan kelompok merupakan kegiatan yang tidak di anggap remeh.
Di Indonesia pada berbagi kegiatan upacara seperti itu penyajian makanan
merupakan suatu kegiatan pokok, baik sebagai ungkapan rasa terima kasih kepada
Maha Pencipta maupun sebagai ungkapan rasa hormat terhadap para tamu yang
hadir. Akan tetapi, penyelenggaraan makanan kelompok yang dilakukan pada masa
itu belum di kelola secara profesional dan jauh dari tujuan komersial.
Penyelenggaraan pelayanan makanan kelompok masih bersifat keramah tamahan
(bospitality).
C.
Klasifikasi Manajemen Pelayananan
Makanan Institusi
Macam-macam
pelayanan Gizi Institusi menurut klasifikasinya dibagi menjadi :
1.
Pelayanan Gizi Institusi Industri
(Tenaga Kerja)
Pelayanan gizi institusi industri
atau tenaga kerja adalah suatu bentuk penyelenggaraan makanan banyak yang
sasarannya di pabrik, perusahaan atau perkantoran. Tujuannya adalah untuk
mencapai tingkat kesehatan dan stamina pekerja yang sebaik-baiknya, agar dapat
diciptakan suasana kerja yang memungkinkan tercapainya produktivitas kerja yang
maksimal.
Yang
termasuk golongan ini adalah pabrik, perusahaan, perkebunan, industri kecil
diatas 100 karyawan, industri tekstil, perkantoran, bank dan sebagainya.
Karakteristiknya :
- Standar makanan yang disediakan
diperhitungkan sesuai dengan beban kerja dan lama pekerjaan serta
pertimbangan reaksi kerja. Dengan waktu kerja sekitar 8 jam tenaga kerja
memerlukan energi makanan yang mengandung 1/3 atau lebih makanan dari
kebutuhan sehari.
- Frekuensi makan berkisar 1-6
kali/hr dengan 1-3 kali makanan lengkap dan selebihnya makanan
selingan/minuman.
- Waktu makan pada umumnya
seperti waktu makan dirumah.
- Pada saat pabrik tidak
berproduksi, yaitu pada hari libur, maka pemberian makanan
ditiadakan/diganti bahan lain.
- Diperlukan tenaga khusus
yang mengelola makanan.
- Jumlah yang harus
dilayani harusnya etap, atau sedikit sekali perubahan.
- Macam hidangan sederhana, tidak
bnyak variasi dan sesuai dengan kemampuan perusahaan.
- Pelayanan dapat dilakukan
dengan berbagai cara, dan paling banyak dilakukan adalah anggunakan tiket
makanan yang bertanggal.
2.
Pelayanan Gizi Institusi Sosial
Pelayanan Gizi Institusi Sosial
adalah pelayanan gizi yang dilakukan oleh pemerintah atau swasta yang
berdasarkan azas sosial dan bantuan. Sedangkan makanan institusi sosial
adalah makanan yang dipersiapkan dan dikelola untuk masyarakat yang
diasuhnya, tanpa memperhitungkan keuntungan dari institusi tersebut.
Yang termasuk golongan ini adalah
panti asuhan, panti jompo, panti tuna netra, tuna rungu, dan lembaga sejeis
lainnya yang menglola makanan institusi secara sosial.
Ciri-cirinya :
- Pengelolaannya oleh atau
mendapat bantuan dari Departemen Sosial atau badan-badan amal lainnya.
- Melayani sekelompok masyarakat
dari usia 0 – 75 tahun, sehingga memerlukan kecukupan gizi yang
berbeda-beda.
- Mempertimbangkan bentuk
makanan, suka dan tidak suka anak asuh/klien menurut kondisi klien.
- Harga makanan yang disajikan
seyogyanya hargaya wajar, karena dana yang tersedia terbatas.
- Kosumen mendapat makanan 2 – 3
kali sehari ditambah makanan selingan 1-2 kali sehari secara kontinyu.
- Macam konsumen yang dilayani,
macam dan jumlahnya tetap.
- Susunan hidangan sederhana dan
variasi terbatas.
3.
Pelayanan Gizi Institusi Asrama
Yang dimaksud dengan asrama diatas
adalah tempat atau wadah yang diorganisir oleh sekelompok masyarakat tertentu,
yang mendapat pelayanan makanan secara kontinyu. Pelayanan gizi yang dilakukan
untuk memenuhi kebutuhan gizi masyarakat golongan tertentu yang tinggal di
asrama, seperti asrama pelajar, mahasiswa, ABRI, kursus dan sebagainya.
Ciri-cirinya :
- Dikelola pemerintah ataupun
peran serta masyarakat.
- Standar gizi disesuaikan
menurut kebutuhan golongan yang diasramakan serta disesuaikan dengan
sumber daya yang ada.
- Melayani berbagai glongan umur
ataupun sekelmpok usia tertentu.
- Dapat bersifat komersial,
memperhitungkan laba rugi Institusi, bila dipandang perlu dan
terletak diperdagangan/kota.
- Frekuensi makan 2-3 kali,
dengan atau tanpa makanan selingan.
- Macam pelayanan makanan
tergantung policy/peraturan asrama.
- Tujuan penyediaan makanan lebih
diarahkan untuk pencapaian status kesehatan penghuni.
4.
Pelayanan Gizi Institusi Sekolah
Pelayanan gizi yang diperkirakan
untuk memberikan makanan bagi anak sekolah, selama berada disekolah, baik
sekolah pemerintah ataupun swasta.
Fungsi Kantin makanan di sekolah :
- Kantin harus memberikan
pelayanan untuk makanan pagi, siang,dan sore.
- Makanan yang disediakan harus
bergizi.
- Diarahkan untuk pendidikan dan
perubahan perilaku anak terhadap makanan.
- Lokasi atau ruang kantin
disediakan sedemikian rupa agar anak-anak dapat mengembangkan kreasinya
dan mendiskusikan pelajarannya.
- Makanan dipersiapkan dalam
keadaan yang bersih dan seniter.
- Menciptakan manajemen yang bauk
sehingga dapat mencapai keseimbangan pembiayaan kantin yang memadai.
5.
Pelayanan Gizi Institusi Rumah
Sakit
Pelayanan gizi yang diselenggarakan
untuk memenuhi kebutuhan gizi dalam keadaan sakit atau sehat selama mendapat
perawatan. Termasuk klasifikasi ini adalah rumah sakit type A, B, C, D, E,
khusus, rumah sakit bersalin, balai pengobatan ataupun puskesmas perawatan.
Makanan
untuk orang sakit mempunyai sifat khusus diantaranya :
- Pengelola adalah pemilik rumah
sakit, ataupun melalui badan atau bagian tertentu yang diserahi tugas
tersebut dengan tanggung jawab tetap berada pada pemilik.
- Rumah sakit memiliki
kelengkapan untuk sarana fisik, peralatan serta penunjang lain termasuk
sumber daya untuk pelaksanaannya.
- Makanan yang disajikan adalah
makanan penuh sehari 3 – 4 kali makan, dengan atau tanpa selingan.
- Standar makanan memuat standar
makanan orang sakit sesuai dengan peraturan diet dan syarat kesehatan yang
disesuaikan dengan policy rumah sakit.
- Konsumen dapat bervariasi dan
jumlahnya tidak tetap dengan makanan yang juga berbeda dari hari ke hari.
- Harga makanan per porsi sesuai
dengan ketetapan rumah sakit.
- Frekuensi makan, waktu makan,
macam pelayanan dan distribusi makanan disesuaikan menurut peraturan rumah
sakit yang berlaku.
- Melayani kekhususan dari setiap
individu terutama yag memerlukan makanan tertentu, dalam jangkauan yang
terbatas.
- Dilakukan dengan batas tanggung
jawab tenaga gizi ataupun tenaga terlatih dalam bidang gizi dietetik.
Mekanisme penyelenggaraan
a.
Perencanaan Anggaran Belanja :
Kegiatan penyusuanan
biaya yang diperlukan untuk pengadaan bahan makanan bagi pasien yg
dilayani.
Tujuan : Tersedianya
anggaran yg diperlukan utk pasien.
b.
Perencanaan Menu :
Suatu
kegiatan penyusunan menu yang
diolah untuk memenuhi selera
pasien dan kebutuhan zat gizi yang
memenuhi prinsip gizi seimbang.
Tujuan
: Tersedianya
siklus menu sesuai klasifikasi pelayanan yang
ada di Rumah Sakit, misalnya siklus menu
10 hari.
Prasyarat
: Peraturan pemberian makanan rumah sakit
; standar porsi dan standar resep ; standar bumbu.
c.
Perhitungan Kebutuhan bahan makanan :
Kegiatan
penyususnan yang
diperlukan utk pengadaan bahan makanan
Tujuan
: Tercapainya
usulan anggaran dan kebutuhan bahan
makanan utk pasien dlm 1 tahun anggaran.
d.
Pemesanan dan Pembelian bahan makanan :
Penyusunan
dan permintaan bahan makanan
berdasarkan menu dan rata-rata jumlah pasien yang dilayani
Tujuan
: Tersedianya
daftar pesanan BM sesuai standar atau spesifikasi yg ditetapkan.
e.
Penerimaan bahan makanan :
Kegiatan
yg meliputi pemeriksaan/penelitian, pencatatan dan pelaporan ttg macam,
kualitas dan kuantitas BM yg diterima sesuai dgn pesanan serta spesifikasi yg
telah ditetapkan.
Tujuan
: tersdianya BM yg siap utk diolah.
f. Penyimpanan dan Penyaluran BM
Ø Penyimpanan
: suatu tata cara menata, menyimpan, memelihara, keamanan bahan makanan kering &
basah baik kualitas maupun kuantitas di gudang bahan makanan kering dan basah serta pencatatan
dan pelaporannya.
Tujuan
: tersedianya bahan makanan
siap pakai dengan kualitas dan
kuantitas yang
tepat sesuai perencanaan.
Ø Penyaluran
: tata cara pendistribusian BM berdasarkan permintaan harian
Tujuan
: tersedianya bahan makanan
siap pakai dgn kualitas dan kuantitas yg tepat sesuai dgn pemesanan.
g. Persiapan bahan makanan:
Serangkaian kegiatan
dalam penanganan bahan makanan,
yaitu meliputi berbagai proses seperti membersihkan, memotong, mengupas,
mengocok, merendam, dll.
Tujuan : mempersiapkan bahan
makanan dan bumbu sebelum dilakukan proses pemasakan.
h. Pengolahan/Pemasakan
bahan makanan :
Kegiatan mengubah bahan makanan mentah menjadi
makanan yang
siap dimakan, berkualitas dan aman untuk dikonsumsi.
Tujuan
:Mengurangi resiko kehilangan zat gizi makanan,meningkatkan nilai cerna, Meningkatkan
dan mempertahankan warna, rasa, keempukan dan penampilan., Bebas dari organisme
dan zat berbahaya.
2.
Pendistribusian bahan makanan:
Serangkaian kegiatan
penyaluran makanan sesuai jumlah porsi dan jenis makanan konsumen yg dilayani
Tujuan : mendapatkan
makanan sesuai diet dan ketentuan yg berlaku.
6. Pelayanan
Gizi Institusi Komersial
Pelayanan gizi yang dipersiapkan untuk
melayani kebutuhan masyarakat yang makan diluar rumah, dengan mempertimbangkan
aspek pelayanan, dan keutuhan konsumen.
Tanda-tandanya:
- Pengelola adalah masyarakat
umum ataupun kadang-kadang dibawah naungan pemerintah.
- Manajemen pengelolaannya sudah
jelas menurut kesepakatan pemiliknya.
- Penyediaan makanan, macam dan
frekuensinya tidak harus kontinyu.
- Konsumen heterogen, dan
menuntut tanggung jawab kesehatan yang lebih luas.
- Makanan yang diasjikan, macam,
dan variasinya tidak terikat oleh suatu peraturan termasuk mutu gizinya.
- Konsumen bebas memilih macam
dan jumlah hidangannya dengan harga yang bervariasi.
- Pelayanan makanan dapat self
service/melayani makanan sendiri, dilayani dimeja, dilayani dengan kereta
makanan dan cara-cara lainnya yang telah ditetapkan pengelola atau pemilik
Institusi tersebut.
- Dipersiapkan dengan standar
sanitasi yang tinggi serta pelayanan yang maksimal menurut kemapuan
institusi tersebut.
7. Pelayanan
Gizi Institusi Khusus
Bentuk atau macam pelayanan gizi
bagi kelompok khusus ini adalah pelayanan gizi yang diberikan bagi masyarakat
di Pusat Latihan Olah Raga, asrama haji, penampungan transmigrasi, kursus-kursus
serta narapidana.
8. Pelayanan
Gizi Untuk Kedaan Darurat
Dalam keadaan darurat, bila
diperlukan diselenggarakan makanan missal untuk korban bencana alam. Makanan
matang dipersiapkan untuk jangka waktu yang relative singkat, selanjutnya
diteruskan pemberian makanan mentah hingga saat bencana diangga tidak
membahayakan lagi.
Karakteristiknya
:
- Standar makanan minimal
mengandung 1500 – 1800 kalori sehari.
- Menu sederhana, disesuaikan
dengan bantuan pangan yang tersedia dan memperhitungkan kecukupan gizi.
- Frekuensi makan berkisar antara
2 – 3 kali sehari dengan atau tanpa makanan selingan.
- Jumlah klien yang dilayani
sering berubah karena pendekatannya dan mekanismenya belum lancer.
- Perlu tenaga yang cakap dan
berpengalaman dalam mengelola makanan banyak.
- Sistem tiket untuk
pendistribusian makanan matang.
D.
PERKEMBANGAN SPMI DI EROPA
1. PERKEMBANGAN
SPM KOMERSIAL
Ø Penyelenggaran makanan kelompok secara lebih
profesional baru dimulai pada pertengahan abad ke-17 bersamaan dengan awal
Revolusi Industri di Eropa. Saat itu dirasa perlu usaha untuk meningkatkan
produktivitas kerja para pekerja di berbagai industri. Salah satu upaya yang
dilakukan adalah memberikan makanan yang lebih baik sehingga diharapkan dapat
meningkatkan produktivitas pekerja. Robert Owen adalah salah satu tokoh
industri di Eropa yang mempelopori pemberian makanan bagi pekerja industri
dengan pengelolaan yang baik, efektif dan efisien. Inilah awal dari penyelenggaraan
makanan industri (inflant food service). Karena berjasa mengembangkan usaha
penyelenggaraan makanan bagi para pekerja di berbagi pusat industri, maka
Robert Owen dianggap sebagai pelopor penyelenggaraan makanan institusi terutama
di pabrik-pabrik. Upaya nya itu kemudian menyebar bukan saja di daratan Eropa
tetapi sampai juga di Amerika Serikat. Penyelenggaraan makanan institusi mulai
dikembangkan di berbagai industri tekstil, bank dan sebagainya.
Penyelenggaraan makanan yang
didasarkan atas kebutuhan karyawan akan zat gizi agar memperoleh tingkat
kesehatan yang optimal yang memungkinkan tercapainya produktivitas kerja
maksimal baru dilaksanakan pada awal abad ke -20. Secara kumulatif berbagai faktor
telah mendorog perkembagan penyelenggaraan makanan komersial, antara lain
sebagi berikut :
ü Timbulnya kesadaran dan keyakinan
para pengusaha industri bahwa pelayanan makanan di institusi tempat karyawan
bekerja akan meningkatkan produktivitas kerja karyawan. Dengan berkembangnya
berbagai jenis industri dan perusahaan yang mempekerjakan karyawan dalam jumlah
besar menjadikan usaha penyelenggaraan makanan komersial menjadi lebih
berkembang.
ü Berbagai kemajuan sebagai hasil
pembangunan telah membuka kesempatan bagi para wanita untuk memperoleh
pekerjaan di luar rumah. Terbatasnya waktu mereka di rumah tidak memungkinkan
mereka untuk menyipkan makanan di rumah.
ü Lokasi tempat bekerja yang jauh dari
tempat pemukiman dan berbagai hambatan transportasi tidak memungkinkan para
karyawan pulang kerumah mereka untuk makan. Jasa pelayanan makanan komersial
merupakan satu-satunya pilihan untuk mengatasi maslah itu.
ü Pada masa lalu apabila sekarang
ingin mengadakan perheletan, penyelenggaraan makanan dilakukan secara
bergotong-royong.
ü Berbeda dengan penyelenggaraan
makanan komersial, penyelenggaraan makanan institusi non komersial berkembang
sangat lambat. Seperti telah dikemukakan terdahulu, berbagi keterbatasan dalam
penyelenggaraan makanan institusi non komersial merupakan penghambat bagi
berkembangnya pelayanan yang tidak terlatih, dan biaya yang terbatas
menyebabkan penyelenggaraan makanan institusi non komersial tidak mengalami
kemajuan. Selain pengelolaan juga banyak peralatan yang digunakan dalam
penyelenggaraan makanan institusi non komersial itu belum berubah. Hal ini yang
menyebabkan penyelenggaraan makanan di berbagai institusi selau terkesan kurang
baik, seperti panti asuhan, lembaga pemasyarakatan, bahkan di asrama-asrama
pelajar.
Ø Penyelenggaraan
Makanan di tempat hiburan dilakukan
karena adanya wisatawan asing yang berkunjung kesuatu negara, Seperti di Perancis misalnya dalam
tahun 1976, Ada beberapa catatan dari beberapa penelitian yang menyebutkan
bahwa pengeluaran untuk makan dan minum wisatawan banyak tergantung dari besar
kecilnya nilai disposible income masing-masing keluarga dalam masyarakat. Demikian pula halnya di Italia dalam priode yang
sama melakukan penyelenggaraan makanan di tempat hiburan.
Ø
Hotel
scribe paris managed by sofitel
Semua
kamar 217 di hotel bintang-5 ini dirancang untuk memenuhi kebutuhan para tamu.
Terdapat ruangan bebas rokok, bar,
fasilitas rapat , restoran. Hotel ini menyediakan fasilitas bersantai dan
rekreasi unggul. Terletak
antara Opéra Garnier mewah dan terkenal Place Vendôme, Hôtel Scribe Paris
adalah sebuah hotel legendaris di jantung ibukota.
Ø
Le Phenix Hotel (3 stars)
Le Phenix Hotel berjalan kaki 5 menit
dari Old Lyon, dan 100 meter dari Stasiun Bus Santo Paulus. Ini memiliki bar
piano Sarapan dapat dilayani ke kamar tamu atau di ruang makan.
Ø Hotel
Continental memiliki atmosfer yang hangat dan lokasi sentral di jantung kota
Bordeaux. Hotel ini menawarkan kamar-kamar yang nyaman, sarapan prasmanan
gratis, Wi-Fi gratis, minuman selamat datang, dan sebuah kotak makan siang.
Hotel Continental bertempat di sebuah bangunan abad ke-18 di jantung jalan
semi-pejalan kaki di Bordeaux, dengan jajaran berbagai butik dan kafe, serta
dekat dengan Place des Grands Hommes.
Ø Les
Quatre Temps
Ini mal yang menawarkan belanja
ekspansif hebat di Paris barat. Banyak perusahaan ritel menyediakan
kepraktisan yang diinginkan, khususnya pakaian, dan banyak restoran yang
menyediakan makanan dengan kualitas yang baik dan harga yang
terjangkau. Ini bukan di pusat kota, tapi Les Temps Quatres, modern
distrik La Défense, dan punya banyak mega-toko untuk boot.
Ø Tempat
Wisata kuliner
Kuliner Perancis memiliki cara
memasak dan penyajian yang terdiri dari beberapa kategori. Setiap dari tradisi
masak ini mewakili budaya makan rakyatnya dan tiap-tiapnya
memiliki pendukung dan rumah makan spesialisnya masing-masing.
Jenis-jenis
makanan kuliner di prancis :
·
Cuisine bourgeoise("masakan klasik") adalah jenis
kategori kuliner yang meliputi jenis masakan-masakan klasik yang dahulunya
merupakan jenis masakan daerah Jenis hidangan ini terlihat penuh ragam dan
menggunakan banyak saus krim.
·
Haute cuisine atau Grande cuisine
adalah jenis masakan klasik yang disajikan dengan
cara yang unik dan ekstrem. Ciri khasnya adalah elegan, ramai, mewah, cenderung
berat dikarenakan penggunaan krim yang banyak. Tampilan hidangan
pun diperhatikan dengan cermat, misalnya sayuran harus dipotong
dengan ukuran yang tepat dan seragam. Bahan-bahan yang dipergunakan
merupakan yang berkualitas terbaik. Masakan jenis ini dikenal dengan
harganya yang mahal.
·
Cuisine nouvelle
adalah jenis kuliner baru yang berkembang di
tahun 1970-an sebagai reaksi
menentang sekolah memasak klasik. Masakan yang disajikan
sederhana dan kurang ragam serta tidak menganjurkan penggunaan saus krim yang
terlalu banyak. Cara penyajiannya pun tidak rumit serta lebih
singkat. Bahan-bahan yang digunakan adalah khas regional dan musiman.
·
Cuisine du terroir
adalah jenis masakan yang memfokuskan pada pengembangan
sajian khas daerah. Ciri khas masakan ini adalah agak bersifat
kedaerahan. Bahan-bahan yang digunakan adalah produk-produk khas lokal.
Pada saat ini, Cuisine du terroir lebih banyak menarik minat warga Perancis
sehingga mengalami perkembangan yang pesat.
Orang Perancis menilai penting
kegiatan makan dan menikmati masakan mereka dengan baik, bukan dengan
tergesa-gesa. Mereka juga menikmati santapan di luar rumah dan mengunjungi
banyak restoran, kafe dan bistro, dimana mereka
dapat minum kopi, merokok, menyapa teman atau membaca surat
kabar. Terdapat berbagai tempat lain dimana warga Perancis bisa
bersosialisasi sambil menikmati makanan dan minuman, seperti:
1.
Brasseries,adalah jenis tempat yang lebih besar yang menyediakan makan
siang dan makan malam.
2.
Salons de thé,adalah kedai-kedai yang
menyajikan teh, makanan ringan dan pâtisserie (kue-kue).
Ø
pada tahun 1804 pada belahan benua Eropa. Disana
terdapat sesorang yang kiat mengembangkan produk komersil berupa makanan kaleng
,dia adalah Nicholas Appert. Orang yang pertama kali menemukan
cara mengawetkan makanan di dalam kaleng atau istilahnya dengan pengalengan.
Usahanya dimulai pada tahun 1795 dan baru membuahkan hasil Sembilan tahun
kemudian pada tahun 1804.
Ø
penyelenggaraan festival makanan halal yang
tengah berlangsung di gedung Excel London, Ibu Kota Inggris Raya, dan
berlangsung mulai dari 27 hingga 29 September 2013.
Ø setelah
Abad Pertengahan,di romawi
dibangun rumah-rumah penginapan tidak hanya
menyediakan fasilitas penginapan, tetapi juga mulai melengkapinya dengan
fasilitas pendukung lainnya, semacam bar, salon, dan kedai makanan. Jumlah
kamar pun mulai diperbanyak hingga mencapai puluhan.
Cerita
tersebut sungguh berbeda dengan arti kata restaurant yang berkembang pada akhir
abad ke-18. Di masa ini, resto diartikan sebagai ruang kecil di sebuah pondokan
(tavern), tempat para pelancong mengisi perut. Makanan yang disajikan merupakan
hidangan sederhana dengan bahan baku dari sekitar pondokan.
Terobosan
konsep terjadi sekitar tahun 1782, ketika restoran yang terletak di Rue De
Richelieu, Paris, menulis daftar makanan dalam menu. Makanan kemudian disajikan
dalam porsi personal dan setiap tamu dilayani satu per satu. Menu yang
dikeluarkan pun tidak sekaligus, melainkan bertahap. Kini restoran berkembang
menjadi dua jenis, yakni restoran kasual yang menyajikan makanan sehari-hari
untuk para pekerja yang tak sempat pulang ke rumah untuk makan. Dan, fine
dining yaitu restoran dengan tampilan eksklusif dan makanan yang disajikan
lebih artistik menggunakan peralatan makan mewah.
PERKEMBANGAN SPM NONKOMERSIAL
1. Di
Yunani dan Romawi penataan pelayanan makanan bagi orang sakit baru dimulai pada
abad ke 19. Florence Nightingle mempelopori penyempurnaan penyelenggaran
makanan bagi orang sakit setelah dia melihat betapa buruknya pelayanan makanan
bagi prajurit yang dirawat dirumah sakit selama terjadi perang di Eropa.
2. Pada
tahun 1687 di London Didirikan RS St.
Bortolomew menetapkan macam dan jml bh mkn utk kebutuhan RS.
3. Didirikan Rumah Sakit St. Bortolomew di London pada
tahun 1687 yang telah menetapkan macam-macam dan jumlah makanan untuk kebutuhan
Rumah Sakit.
4. Italia
menjalankan sistem pelayanan kesehatan umum semesta sejak tahun 1978. Meskipun demikian,
pelayanan kesehatan disediakan bagi semua warga negara dan penduduk oleh suatu
sistem campuran umum-swasta. Bagian umum adalah Servizio Sanitario Nazionale,
yang dibentuk di bawah Kementerian Kesehatan dan diserahkan untuk diurus oleh
pemerintahan region. Belanja pelayanan kesehatan di Italia melebihi 9,0% PDB
nasional pada tahun 2008, sedikit di atas rata-rata negara OECD, yakni
8,9%.Bagaimanapun, Italia menempati peringkat ke-2 terbaik di dunia dalam hal
sistem pelayanan kesehatan,dan menempati peringkat ke-3 dunia dalam hal kinerja
pelayanan kesehatan.Italia mencapai angka harapan hidup tertinggi ke-12 di dunia
pada tahun 2010.
5. Seorang ahli diet Florence Nightngale membuat
organisasi perawatan dan dapur makan yang sesuai untuk pasien di Inggris pada
tahun 1854.
6. Diadakannnya program makan siang untuk anak sekolah
sebelum PDI di Austria, Belgia, Denmark,
Irlandia, italia, Noregia dan Swedia.
7. Penyediaan makan untuk anak-anak di sekolah di Inggris
yang memenuhi pemnyelenggaraan makanan oleh Victor Hugo pada tahun 1865.
DAFTAR
PUSTAKA
Mukrie, Nursiah A. 1990. Manajemen
Pelayanan Gizi Institusi Dasar. Proyek
Pengembangan Pendidikan Tenaga Gizi
Pusat dan Akademi Gizi Depkes Jakarta : Jakarta
Penyelenggaraan Makanan
(PDF).2010.Universitas Sumatera Utara
http://tiarameilita.blogspot.com/2012/03/manajemen-sistem-penyelenggaraan.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar