2014/03/26

PERKEMBANGAN SISTEM PENYELENGGARAAN MAKANAN INSTITUSI DI EROPA

makalah mspm

PERKEMBANGAN SISTEM PENYELENGGARAAN MAKANAN INSTITUSI DI EROPA


BAB I
PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG



            Akhir-akhir ini pelayanan jasa kesehatan mengalami peningkatan dan kemajuan pesat sesuai perkembangan zaman dan tuntutan masyarakat. Salah satu jasa pelayanan yang cukup menonjol adalah jasa penyediaan makanan bagi masyarakat. Kegiatan jasa pelayanan ini sudah berkembang sejak abad ke 19, tetapi jangkauan dan lingkupnya mulai berkembang pesat seiring dengan kemajuan di berbagai bidang seperti iptek, pertanian, ekonomi, kesehatan dan sebagainya. Kondisi ini, ditunjang pula dengan pergeseran pola pangan masyarakat sebagai akibat perubahan gaya hidup mereka khususnya di negara-negara berkembang. Dewasa ini sebagian kelompok masyarakat memenuhi kebutuhan makanannya di luar rumah, sehingga pelayanan makanan massal merupakan tumpuan untuk memenuhi kebutuhan makanan mereka dan harus tersedia segera (Anonim, 2011).
            Manajemen adalah Suatu kegiatan pengelolaan yang diawali dengan proses perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan, yang mana keempat proses tersebut saling mempunyai fungsi masing-masing untuk mencapai suatu tujuan organisasi.
            Pangan adalah kebutuhan kebutuhan pokok manusia yang dibutuhkan setiap saat dan memerlukan pengelolaan yang baik dan benar agar bermanfaat bagi tubuh. Menurut WHO, yang dimaksud makanan adalah : “Food include all substances, whether in a natural state or in a manufactured or prepared form, which are part of human diet.” Batasan makanan tersebut tidak termasuk air, obat-obatan dan substansi-substansi yang diperlukan untuk tujuan pengobatan. Penyelenggaraan makanan institusi adalah suatu rangkaian kegiatan mulai dari perencanaan menu sampai dengan pendistribusian makanan kepada konsumen. Dalam hal ini termasuk pencatatan, pelaporan, dan evaluasi dalam rangka pencapaian status kesehatan yang optimal melalui pemberian diit yang tepat.
            Penyelenggaraan makanan institusi merupakan suatu rangkaian kerja yang melibatkan tenaga manusia, peralatan material, dan serta berbagai masukan lainnya. Selain itu di pengaruhi oleh aspek-aspek tradisi sosial budaya masyarakat, kemajuan teknologi, dan pemenuhan nilai biologis segolongan orang. Makanan merupakan salah satu kebutuhan utama manusia, baik dilingkungan keluarga, maupun diluar lingkungan keluarga, salah satunya adalah penyelenggaraan makanan di institusi (Mukrie, 1983 dalam Utari, 2009).
            Tata laksana makanan adalah cara menata atau mengatur melaksanakan pembuatan makanan sedemikian rupa, sehingga makanan menjadi kebutuhan yang sangat berarti untuk tubuh manusia. Menu disusun, bahan makanan dipilih kemudian diolah dan disajikan. Itulah antara lain kegiatan-kegiatan yang terdapat dalam tata laksana makanan (Maryati, 2000).
            Di zaman dahulu tata laksana makanan tidak dikenal,manusia pada zaman itu memerlukan makanan hanya untuk menghilangkan rasa lapar dan mempertahankan hidup. Karena itu pengolahan dan penyajian makanan seperti sekarang tidak ada. Bahan makanan dimakan tanpa diolah, kecuali bila perlu. Misalnya bahan makanan yang berasal dari hewani, dimakan setelah dipanggang di atas bara (Maryati, 2000). Sesuai dengan kemajuan peradaban dan ilmu pengetahuan, makanan kemudian dikenal sebagai kebutuhan mutlak, bukan saja untuk menghilangkan rasa lapar dan kelangsungan hidup, tetapi juga untuk menjaga kesehatan dan pertumbuhan badan yang pesat, baik jasmani maupun rohani.             Karena itu bahan makanan dibuat dan diatur sedemikian rupa, sehingga tidak saja dapat dicerna tetapi juga dapat menimbulkan nafsu makan (Maryati, 2000).
Untuk maksud tersebut, kemudian mulai dilakukan penyusunan menu yang cocok untuk berbagai keperluan, pemilihan bahan makanan yang tepat dan baik, cara pengolahan dengan berbagai bumbu, kemudian cara penyajian hidangan yang menarik. Makin tinggi pengetahuan manusia, makin banyak usaha yang dilakukan dalam tata laksana makanan agar makanan menjadi lebih berguna untuk kepentingan tubuh (Maryati, 2000).
            Keamanan pangan, masalah dan dampak penyimpangan mutu, serta kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman dalam pengembangan sistem mutu industri pangan merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah, industri dan konsumen, yang saat ini sudah harus memulai mengantisipasinya dengan implementasi sistem mutu pangan. Karena di era pasar bebas ini industri pangan Indonesia mau tidak mau sudah harus mampu bersaing dengan derasnya arus masuk produk industri pangan negara lain yang telah mapan dalam sistem mutunya. Salah satu sasaran pengembangan di bidang pangan adalah terjaminnya pangan yang dicirikan oleh terbebasnya masyarakat dari jenis pangan yang berbahaya.
















BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian MSPMI
            Penyelenggaraan berasal dari kata dasar “selengara” yang artinya “ menyelenggarakan, mengurus, dan mengusahakan sesuatu, seperti: memelihara, merawat ”. (Ali, 1990:403). Jika dikaitkan dengan makanan, maka penyelenggaraan makanan pada hakikatnya merupakan kegiatan mengurus dan mengusahakan masalah makanan, atau proses pengolahan makanan pada satu jenis kegiatan tertentu.
            Menurut Moehyi (1992), penyelenggaraan makanan adalah suatu proses menyediakan makanan dalam jumlah besar dengan alas an tertentu. Sedangkan Depkes (2003) menjelaskan bahwa penyelenggaraan makanan adalah rangkaian kegiatan mulai dari perencanaan menu sampai dengan pendistribusian makanan kepada konsumen dalam rangka pencapaiana status yang optimal melalui pemberian makanan yang tepat dan termasuk kegiatan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi bertujuan untuk mencapai status kesehatan yang optimal melalui pemberian makan yang tepat (Rahmawati, 2011).

B.     Sejarah Dan Perkembangan Makanan Institusi
            Penyelenggaraan makanan kelompok sudah dikenal sejak zaman dahulu kala. Dalam pembuatan bangunan seperti kuil, candi, piramid atau benteng untuk melindungi negara dari serangan musuh, sebagaimana halnya dengan Tembok Besar di Cina yang mempekerjakan puluhan, ratusan bahkan mungkin ribuan orang, penyelenggaraan makanan bagi kelompok pekerja bangunan ini sudah dilakukan di zaman itu. Demikian halnya pada waktu penyelenggaraan berbagai upacara agama dan upacara adat, kegiatan penyelenggaraan makanan kelompok merupakan kegiatan yang tidak di anggap remeh. Di Indonesia pada berbagi kegiatan upacara seperti itu penyajian makanan merupakan suatu kegiatan pokok, baik sebagai ungkapan rasa terima kasih kepada Maha Pencipta maupun sebagai ungkapan rasa hormat terhadap para tamu yang hadir. Akan tetapi, penyelenggaraan makanan kelompok yang dilakukan pada masa itu belum di kelola secara profesional dan jauh dari tujuan komersial. Penyelenggaraan pelayanan makanan kelompok masih bersifat keramah tamahan (bospitality).

C.     Klasifikasi Manajemen Pelayananan Makanan Institusi
Macam-macam pelayanan Gizi Institusi menurut klasifikasinya dibagi menjadi :
1.      Pelayanan Gizi Institusi Industri (Tenaga Kerja)
            Pelayanan gizi institusi industri atau tenaga kerja adalah suatu bentuk penyelenggaraan makanan banyak yang sasarannya di pabrik, perusahaan atau perkantoran. Tujuannya adalah untuk mencapai tingkat kesehatan dan stamina pekerja yang sebaik-baiknya, agar dapat diciptakan suasana kerja yang memungkinkan tercapainya produktivitas kerja yang maksimal.
Yang termasuk golongan ini adalah pabrik, perusahaan, perkebunan, industri kecil diatas 100 karyawan, industri tekstil, perkantoran, bank dan sebagainya.
            Karakteristiknya :
  1. Standar makanan yang disediakan diperhitungkan sesuai dengan beban kerja dan lama pekerjaan serta pertimbangan reaksi kerja. Dengan waktu kerja sekitar 8 jam tenaga kerja memerlukan energi makanan yang mengandung 1/3 atau lebih makanan dari kebutuhan sehari.
  2. Frekuensi makan berkisar 1-6 kali/hr dengan 1-3 kali makanan lengkap dan selebihnya makanan selingan/minuman.
  3. Waktu makan pada umumnya seperti waktu makan dirumah.
  4. Pada saat pabrik tidak berproduksi, yaitu pada hari libur, maka pemberian makanan ditiadakan/diganti bahan lain.
  5. Diperlukan tenaga khusus  yang mengelola makanan.
  6.  Jumlah yang harus dilayani harusnya etap, atau sedikit sekali perubahan.
  7. Macam hidangan sederhana, tidak bnyak variasi dan sesuai dengan kemampuan perusahaan.
  8. Pelayanan dapat dilakukan dengan berbagai cara, dan paling banyak dilakukan adalah anggunakan tiket makanan yang bertanggal.
2.      Pelayanan Gizi Institusi Sosial
            Pelayanan Gizi Institusi Sosial adalah pelayanan gizi yang dilakukan oleh pemerintah atau swasta yang berdasarkan azas sosial dan bantuan. Sedangkan makanan institusi sosial adalah  makanan yang dipersiapkan  dan dikelola untuk masyarakat yang diasuhnya, tanpa memperhitungkan keuntungan dari institusi tersebut.
            Yang termasuk golongan ini adalah panti asuhan, panti jompo, panti tuna netra, tuna rungu, dan lembaga sejeis lainnya yang menglola makanan institusi secara sosial.
Ciri-cirinya :
  1. Pengelolaannya oleh atau mendapat bantuan dari Departemen Sosial atau badan-badan amal lainnya.
  2. Melayani sekelompok masyarakat dari usia 0 – 75 tahun, sehingga memerlukan kecukupan gizi yang berbeda-beda.
  3. Mempertimbangkan bentuk makanan, suka dan tidak suka anak asuh/klien menurut kondisi klien.
  4. Harga makanan yang disajikan seyogyanya hargaya wajar, karena dana yang tersedia terbatas.
  5. Kosumen mendapat makanan 2 – 3 kali sehari ditambah makanan selingan 1-2 kali sehari secara kontinyu.
  6. Macam konsumen yang dilayani, macam dan jumlahnya tetap.
  7. Susunan hidangan sederhana dan variasi terbatas.

3.      Pelayanan Gizi Institusi Asrama
            Yang dimaksud dengan asrama diatas adalah tempat atau wadah yang diorganisir oleh sekelompok masyarakat tertentu, yang mendapat pelayanan makanan secara kontinyu. Pelayanan gizi yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan gizi masyarakat golongan tertentu yang tinggal di asrama, seperti asrama pelajar, mahasiswa, ABRI, kursus dan sebagainya.
Ciri-cirinya :
  1. Dikelola pemerintah ataupun peran serta masyarakat.
  2. Standar gizi disesuaikan menurut kebutuhan golongan yang diasramakan serta disesuaikan dengan sumber daya yang ada.
  3. Melayani berbagai glongan umur ataupun sekelmpok usia tertentu.
  4. Dapat bersifat komersial, memperhitungkan laba rugi Institusi, bila dipandang perlu  dan terletak diperdagangan/kota.
  5. Frekuensi makan 2-3 kali, dengan atau tanpa makanan selingan.
  6. Macam pelayanan makanan tergantung  policy/peraturan asrama.
  7. Tujuan penyediaan makanan lebih diarahkan untuk pencapaian status kesehatan penghuni.
4.      Pelayanan Gizi Institusi Sekolah
            Pelayanan gizi yang diperkirakan untuk memberikan makanan bagi anak sekolah, selama berada disekolah, baik sekolah pemerintah ataupun swasta.
Fungsi Kantin  makanan di sekolah :
  1. Kantin harus memberikan pelayanan untuk makanan pagi, siang,dan sore.
  2. Makanan yang disediakan harus bergizi.
  3. Diarahkan untuk pendidikan dan perubahan perilaku anak terhadap makanan.
  4. Lokasi atau ruang kantin disediakan sedemikian rupa agar anak-anak dapat mengembangkan kreasinya dan mendiskusikan pelajarannya.
  5. Makanan dipersiapkan dalam keadaan yang bersih dan seniter.
  6. Menciptakan manajemen yang bauk sehingga dapat mencapai keseimbangan pembiayaan kantin yang memadai.
5.      Pelayanan Gizi Institusi Rumah Sakit
            Pelayanan gizi yang diselenggarakan untuk memenuhi kebutuhan gizi dalam keadaan sakit atau sehat selama mendapat perawatan. Termasuk klasifikasi ini adalah rumah sakit type A, B, C, D, E, khusus, rumah sakit bersalin, balai pengobatan ataupun puskesmas perawatan.
Makanan untuk orang sakit mempunyai sifat khusus diantaranya :
  1. Pengelola adalah pemilik rumah sakit, ataupun melalui badan atau bagian tertentu yang diserahi tugas tersebut dengan tanggung jawab tetap berada pada pemilik.
  2. Rumah sakit memiliki kelengkapan untuk sarana fisik, peralatan serta penunjang lain termasuk sumber daya untuk pelaksanaannya.
  3. Makanan yang disajikan adalah makanan penuh sehari 3 – 4 kali makan, dengan atau tanpa selingan.
  4. Standar makanan memuat standar makanan orang sakit sesuai dengan peraturan diet dan syarat kesehatan yang disesuaikan dengan policy rumah sakit.
  5. Konsumen dapat bervariasi dan jumlahnya tidak tetap dengan makanan yang juga berbeda dari hari ke hari.
  6. Harga makanan per porsi sesuai dengan ketetapan rumah sakit.
  7. Frekuensi makan, waktu makan, macam pelayanan dan distribusi makanan disesuaikan menurut peraturan rumah sakit yang berlaku.
  8. Melayani kekhususan dari setiap individu terutama yag memerlukan makanan tertentu, dalam jangkauan yang terbatas.
  9. Dilakukan dengan batas tanggung jawab tenaga gizi ataupun tenaga terlatih dalam bidang gizi dietetik.
Mekanisme penyelenggaraan
a.                   Perencanaan Anggaran Belanja :
Kegiatan penyusuanan biaya yang diperlukan untuk pengadaan bahan makanan bagi pasien yg dilayani.
Tujuan : Tersedianya anggaran yg diperlukan utk pasien.
b.                  Perencanaan Menu  :
Suatu kegiatan penyusunan menu yang diolah untuk memenuhi selera pasien dan kebutuhan zat gizi yang memenuhi prinsip gizi seimbang.
Tujuan : Tersedianya siklus menu sesuai klasifikasi pelayanan yang ada di Rumah Sakit, misalnya siklus menu 10 hari.
Prasyarat : Peraturan pemberian makanan rumah sakit ; standar porsi dan standar resep ; standar bumbu.
c.                   Perhitungan Kebutuhan bahan makanan :
Kegiatan penyususnan yang diperlukan utk pengadaan bahan makanan
Tujuan : Tercapainya usulan anggaran dan kebutuhan bahan makanan utk pasien dlm 1 tahun anggaran.
d.                  Pemesanan dan Pembelian bahan makanan :
Penyusunan dan permintaan bahan makanan berdasarkan menu dan rata-rata jumlah pasien yang dilayani
Tujuan : Tersedianya daftar pesanan BM sesuai standar atau spesifikasi yg ditetapkan.
e.                   Penerimaan bahan makanan :
Kegiatan yg meliputi pemeriksaan/penelitian, pencatatan dan pelaporan ttg macam, kualitas dan kuantitas BM yg diterima sesuai dgn pesanan serta spesifikasi yg telah ditetapkan.
Tujuan : tersdianya BM yg siap utk diolah.
f.   Penyimpanan dan Penyaluran BM
Ø  Penyimpanan : suatu tata cara menata, menyimpan, memelihara, keamanan bahan makanan kering & basah baik kualitas maupun kuantitas di gudang bahan makanan kering dan basah serta pencatatan dan pelaporannya.
Tujuan : tersedianya bahan makanan siap pakai dengan kualitas dan kuantitas yang tepat sesuai perencanaan.
Ø  Penyaluran : tata cara pendistribusian BM berdasarkan permintaan harian
Tujuan : tersedianya bahan makanan siap pakai dgn kualitas dan kuantitas yg tepat sesuai dgn pemesanan.
g.   Persiapan bahan makanan:
Serangkaian kegiatan dalam penanganan bahan makanan, yaitu meliputi berbagai proses seperti membersihkan, memotong, mengupas, mengocok, merendam, dll.
Tujuan : mempersiapkan bahan makanan dan bumbu sebelum dilakukan proses pemasakan.
h. Pengolahan/Pemasakan bahan makanan :
Kegiatan mengubah bahan makanan mentah menjadi makanan yang siap dimakan, berkualitas dan aman untuk dikonsumsi.
Tujuan :Mengurangi resiko kehilangan zat gizi makanan,meningkatkan nilai cerna, Meningkatkan dan mempertahankan warna, rasa, keempukan dan penampilan., Bebas dari organisme dan zat berbahaya.
2.      Pendistribusian bahan makanan:
Serangkaian kegiatan penyaluran makanan sesuai jumlah porsi dan jenis makanan konsumen yg dilayani
Tujuan : mendapatkan makanan sesuai diet dan ketentuan yg berlaku.

6.      Pelayanan Gizi Institusi Komersial
            Pelayanan gizi yang dipersiapkan untuk melayani kebutuhan masyarakat yang makan diluar rumah, dengan mempertimbangkan aspek pelayanan, dan keutuhan konsumen.
Tanda-tandanya:
  1. Pengelola adalah masyarakat umum ataupun kadang-kadang dibawah naungan pemerintah.
  2. Manajemen pengelolaannya sudah jelas menurut kesepakatan pemiliknya.
  3. Penyediaan makanan, macam dan frekuensinya tidak harus kontinyu.
  4. Konsumen heterogen, dan menuntut tanggung jawab kesehatan yang lebih luas.
  5. Makanan yang diasjikan, macam, dan variasinya tidak terikat oleh suatu peraturan termasuk mutu gizinya.
  6. Konsumen bebas memilih macam dan jumlah hidangannya dengan harga yang bervariasi.
  7. Pelayanan makanan dapat self service/melayani makanan sendiri, dilayani dimeja, dilayani dengan kereta makanan dan cara-cara lainnya yang telah ditetapkan pengelola atau pemilik Institusi tersebut.
  8. Dipersiapkan dengan standar sanitasi yang tinggi serta pelayanan yang maksimal menurut kemapuan institusi tersebut.

7.      Pelayanan Gizi Institusi Khusus
            Bentuk atau macam pelayanan gizi bagi kelompok khusus ini adalah pelayanan gizi yang diberikan bagi masyarakat di Pusat Latihan Olah Raga, asrama haji, penampungan transmigrasi, kursus-kursus serta narapidana.
8.      Pelayanan Gizi Untuk Kedaan Darurat
            Dalam keadaan darurat, bila diperlukan diselenggarakan makanan missal untuk korban bencana alam. Makanan matang dipersiapkan untuk jangka waktu yang relative singkat, selanjutnya diteruskan pemberian makanan mentah hingga saat bencana diangga tidak membahayakan lagi.
Karakteristiknya :
  1. Standar makanan minimal mengandung 1500 – 1800 kalori sehari.
  2. Menu sederhana, disesuaikan dengan  bantuan pangan yang tersedia dan memperhitungkan kecukupan gizi.
  3. Frekuensi makan berkisar antara 2 – 3 kali sehari dengan atau tanpa makanan selingan.
  4. Jumlah klien yang dilayani sering berubah karena pendekatannya dan mekanismenya belum lancer.
  5. Perlu tenaga yang cakap dan berpengalaman dalam mengelola makanan banyak.
  6. Sistem tiket untuk pendistribusian makanan matang.




D.    PERKEMBANGAN SPMI DI EROPA

1.      PERKEMBANGAN SPM KOMERSIAL

Ø  Penyelenggaran makanan kelompok secara lebih profesional baru dimulai pada pertengahan abad ke-17 bersamaan dengan awal Revolusi Industri di Eropa. Saat itu dirasa perlu usaha untuk meningkatkan produktivitas kerja para pekerja di berbagai industri. Salah satu upaya yang dilakukan adalah memberikan makanan yang lebih baik sehingga diharapkan dapat meningkatkan produktivitas pekerja. Robert Owen adalah salah satu tokoh industri di Eropa yang mempelopori pemberian makanan bagi pekerja industri dengan pengelolaan yang baik, efektif dan efisien. Inilah awal dari penyelenggaraan makanan industri (inflant food service). Karena berjasa mengembangkan usaha penyelenggaraan makanan bagi para pekerja di berbagi pusat industri, maka Robert Owen dianggap sebagai pelopor penyelenggaraan makanan institusi terutama di pabrik-pabrik. Upaya nya itu kemudian menyebar bukan saja di daratan Eropa tetapi sampai juga di Amerika Serikat. Penyelenggaraan makanan institusi mulai dikembangkan di berbagai industri tekstil, bank dan sebagainya.
            Penyelenggaraan makanan yang didasarkan atas kebutuhan karyawan akan zat gizi agar memperoleh tingkat kesehatan yang optimal yang memungkinkan tercapainya produktivitas kerja maksimal baru dilaksanakan pada awal abad ke -20. Secara kumulatif berbagai faktor telah mendorog perkembagan penyelenggaraan makanan komersial, antara lain sebagi berikut :
ü  Timbulnya kesadaran dan keyakinan para pengusaha industri bahwa pelayanan makanan di institusi tempat karyawan bekerja akan meningkatkan produktivitas kerja karyawan. Dengan berkembangnya berbagai jenis industri dan perusahaan yang mempekerjakan karyawan dalam jumlah besar menjadikan usaha penyelenggaraan makanan komersial menjadi lebih berkembang.
ü  Berbagai kemajuan sebagai hasil pembangunan telah membuka kesempatan bagi para wanita untuk memperoleh pekerjaan di luar rumah. Terbatasnya waktu mereka di rumah tidak memungkinkan mereka untuk menyipkan makanan di rumah.
ü  Lokasi tempat bekerja yang jauh dari tempat pemukiman dan berbagai hambatan transportasi tidak memungkinkan para karyawan pulang kerumah mereka untuk makan. Jasa pelayanan makanan komersial merupakan satu-satunya pilihan untuk mengatasi maslah itu.
ü  Pada masa lalu apabila sekarang ingin mengadakan perheletan, penyelenggaraan makanan dilakukan secara bergotong-royong.
ü  Berbeda dengan penyelenggaraan makanan komersial, penyelenggaraan makanan institusi non komersial berkembang sangat lambat. Seperti telah dikemukakan terdahulu, berbagi keterbatasan dalam penyelenggaraan makanan institusi non komersial merupakan penghambat bagi berkembangnya pelayanan yang tidak terlatih, dan biaya yang terbatas menyebabkan penyelenggaraan makanan institusi non komersial tidak mengalami kemajuan. Selain pengelolaan juga banyak peralatan yang digunakan dalam penyelenggaraan makanan institusi non komersial itu belum berubah. Hal ini yang menyebabkan penyelenggaraan makanan di berbagai institusi selau terkesan kurang baik, seperti panti asuhan, lembaga pemasyarakatan, bahkan di asrama-asrama pelajar.

Ø  Penyelenggaraan Makanan  di tempat hiburan dilakukan karena adanya wisatawan asing yang berkunjung kesuatu negara, Seperti di Perancis misalnya dalam tahun 1976, Ada beberapa catatan dari beberapa penelitian yang menyebutkan bahwa pengeluaran untuk makan dan minum wisatawan banyak tergantung dari besar kecilnya nilai disposible income masing-masing keluarga dalam masyarakat. Demikian pula halnya di Italia dalam priode yang sama melakukan penyelenggaraan makanan di tempat hiburan.
Ø  Hotel scribe paris managed by sofitel
            Semua kamar 217 di hotel bintang-5 ini dirancang untuk memenuhi kebutuhan para tamu. Terdapat ruangan bebas rokok, bar, fasilitas rapat , restoran. Hotel ini menyediakan fasilitas bersantai dan rekreasi unggul. Terletak antara Opéra Garnier mewah dan terkenal Place Vendôme, Hôtel Scribe Paris adalah sebuah hotel legendaris di jantung ibukota.
Ø  Le Phenix Hotel (3 stars)
            Le Phenix Hotel berjalan kaki 5 menit dari Old Lyon, dan 100 meter dari Stasiun Bus Santo Paulus. Ini memiliki bar piano Sarapan dapat dilayani ke kamar tamu atau di ruang makan.
Ø  Hotel Continental memiliki atmosfer yang hangat dan lokasi sentral di jantung kota Bordeaux. Hotel ini menawarkan kamar-kamar yang nyaman, sarapan prasmanan gratis, Wi-Fi gratis, minuman selamat datang, dan sebuah kotak makan siang. Hotel Continental bertempat di sebuah bangunan abad ke-18 di jantung jalan semi-pejalan kaki di Bordeaux, dengan jajaran berbagai butik dan kafe, serta dekat dengan Place des Grands Hommes.

Ø  Les Quatre Temps       
  Ini mal yang menawarkan belanja ekspansif hebat di Paris barat. Banyak perusahaan ritel menyediakan kepraktisan yang diinginkan, khususnya pakaian, dan banyak restoran yang menyediakan makanan dengan kualitas yang baik dan harga yang terjangkau. Ini bukan di pusat kota, tapi Les Temps Quatres, modern distrik La Défense, dan punya banyak mega-toko untuk boot.

Ø  Tempat Wisata kuliner
            Kuliner Perancis memiliki cara memasak dan penyajian yang terdiri dari beberapa kategori. Setiap dari tradisi masak ini mewakili budaya makan rakyatnya dan tiap-tiapnya memiliki pendukung dan rumah makan spesialisnya masing-masing.
Jenis-jenis makanan kuliner di prancis :
·         Cuisine bourgeoise("masakan klasik") adalah jenis kategori kuliner yang meliputi jenis masakan-masakan klasik yang dahulunya merupakan jenis masakan daerah Jenis hidangan ini terlihat penuh ragam dan menggunakan banyak saus krim.
·         Haute cuisine atau Grande cuisine 
adalah jenis masakan klasik yang disajikan dengan cara yang unik dan ekstrem. Ciri khasnya adalah elegan, ramai, mewah, cenderung berat dikarenakan penggunaan krim yang banyak. Tampilan hidangan pun diperhatikan dengan cermat, misalnya sayuran harus dipotong dengan ukuran yang tepat dan seragam.  Bahan-bahan yang dipergunakan merupakan yang berkualitas terbaik.  Masakan jenis ini dikenal dengan harganya yang mahal.
·         Cuisine nouvelle
adalah jenis kuliner baru yang berkembang di tahun 1970-an sebagai reaksi menentang sekolah memasak klasik. Masakan yang disajikan sederhana dan kurang ragam serta tidak menganjurkan penggunaan saus krim yang terlalu banyak. Cara penyajiannya pun tidak rumit serta lebih singkat. Bahan-bahan yang digunakan adalah khas regional dan musiman.
·         Cuisine du terroir
adalah jenis masakan yang memfokuskan pada pengembangan sajian khas daerah. Ciri khas masakan ini adalah agak bersifat kedaerahan. Bahan-bahan yang digunakan adalah produk-produk khas lokal. Pada saat ini, Cuisine du terroir lebih banyak menarik minat warga Perancis sehingga mengalami perkembangan yang pesat.
           
Orang Perancis menilai penting kegiatan makan dan menikmati masakan mereka dengan baik, bukan dengan tergesa-gesa. Mereka juga menikmati santapan di luar rumah dan mengunjungi banyak restoran, kafe dan bistro, dimana mereka dapat minum kopi, merokok, menyapa teman atau membaca surat kabar. Terdapat berbagai tempat lain dimana warga Perancis bisa bersosialisasi sambil menikmati makanan dan minuman, seperti:
1.      Brasseries,adalah jenis tempat yang lebih besar yang menyediakan makan siang dan makan malam.
2.      Salons de thé,adalah kedai-kedai yang menyajikan teh, makanan ringan dan pâtisserie (kue-kue).
Ø  pada tahun 1804 pada belahan benua Eropa. Disana terdapat sesorang yang kiat mengembangkan produk komersil berupa makanan kaleng ,dia adalah Nicholas Appert. Orang yang pertama kali menemukan cara mengawetkan makanan di dalam kaleng atau istilahnya dengan pengalengan. Usahanya dimulai pada tahun 1795 dan baru membuahkan hasil Sembilan tahun kemudian pada tahun 1804.
Ø  penyelenggaraan festival makanan halal yang tengah berlangsung di gedung Excel London, Ibu Kota Inggris Raya, dan berlangsung mulai dari 27 hingga 29 September 2013.
Ø  setelah Abad Pertengahan,di romawi dibangun rumah-rumah penginapan tidak hanya menyediakan fasilitas penginapan, tetapi juga mulai melengkapinya dengan fasilitas pendukung lainnya, semacam bar, salon, dan kedai makanan. Jumlah kamar pun mulai diperbanyak hingga mencapai puluhan.
Cerita tersebut sungguh berbeda dengan arti kata restaurant yang berkembang pada akhir abad ke-18. Di masa ini, resto diartikan sebagai ruang kecil di sebuah pondokan (tavern), tempat para pelancong mengisi perut. Makanan yang disajikan merupakan hidangan sederhana dengan bahan baku dari sekitar pondokan. 
Terobosan konsep terjadi sekitar tahun 1782, ketika restoran yang terletak di Rue De Richelieu, Paris, menulis daftar makanan dalam menu. Makanan kemudian disajikan dalam porsi personal dan setiap tamu dilayani satu per satu. Menu yang dikeluarkan pun tidak sekaligus, melainkan bertahap. Kini restoran berkembang menjadi dua jenis, yakni restoran kasual yang menyajikan makanan sehari-hari untuk para pekerja yang tak sempat pulang ke rumah untuk makan. Dan, fine dining yaitu restoran dengan tampilan eksklusif dan makanan yang disajikan lebih artistik menggunakan peralatan makan mewah. 
           

PERKEMBANGAN SPM NONKOMERSIAL

1.      Di Yunani dan Romawi penataan pelayanan makanan bagi orang sakit baru dimulai pada abad ke 19. Florence Nightingle mempelopori penyempurnaan penyelenggaran makanan bagi orang sakit setelah dia melihat betapa buruknya pelayanan makanan bagi prajurit yang dirawat dirumah sakit selama terjadi perang di Eropa.

2.      Pada tahun 1687 di London Didirikan RS St. Bortolomew menetapkan macam dan jml bh mkn utk kebutuhan RS.

3.    Didirikan Rumah Sakit St. Bortolomew di London pada tahun 1687 yang telah menetapkan macam-macam dan jumlah makanan untuk kebutuhan Rumah Sakit.

4.  Italia menjalankan sistem pelayanan kesehatan umum semesta sejak tahun 1978. Meskipun demikian, pelayanan kesehatan disediakan bagi semua warga negara dan penduduk oleh suatu sistem campuran umum-swasta. Bagian umum adalah Servizio Sanitario Nazionale, yang dibentuk di bawah Kementerian Kesehatan dan diserahkan untuk diurus oleh pemerintahan region. Belanja pelayanan kesehatan di Italia melebihi 9,0% PDB nasional pada tahun 2008, sedikit di atas rata-rata negara OECD, yakni 8,9%.Bagaimanapun, Italia menempati peringkat ke-2 terbaik di dunia dalam hal sistem pelayanan kesehatan,dan menempati peringkat ke-3 dunia dalam hal kinerja pelayanan kesehatan.Italia mencapai angka harapan hidup tertinggi ke-12 di dunia pada tahun 2010.

5.  Seorang ahli diet Florence Nightngale membuat organisasi perawatan dan dapur makan yang sesuai untuk pasien di Inggris pada tahun 1854.

6.  Diadakannnya program makan siang untuk anak sekolah sebelum PDI  di Austria, Belgia, Denmark, Irlandia, italia, Noregia dan Swedia.

7.  Penyediaan makan untuk anak-anak di sekolah di Inggris yang memenuhi pemnyelenggaraan makanan oleh Victor Hugo pada tahun 1865.






DAFTAR PUSTAKA
Mukrie, Nursiah A. 1990. Manajemen Pelayanan Gizi Institusi Dasar. Proyek
Pengembangan Pendidikan Tenaga Gizi Pusat dan Akademi Gizi Depkes Jakarta : Jakarta
Penyelenggaraan Makanan (PDF).2010.Universitas Sumatera Utara
http://tiarameilita.blogspot.com/2012/03/manajemen-sistem-penyelenggaraan.html



Tidak ada komentar:

Posting Komentar